Senin, 18 Januari 2016

Penatalaksanaan Hipertensi


Menurut Joint National Commeettee-7 (JNC-7) dan Depkes 2006 bahwa terapi pada penderita hipertensi ada dua jenis yaitu :
a.       Terapi non farmakologi atau mengubah pola hidup
Terapo non farmakologi merupakan pengendalian faktor risiko yang bisa diubah pada penderita hipertensi dengan usaha sebagai berikut:
1)      Mengatasi obesitas/ menurunkan berat badan
Pada penelitian Todong (2012) kejadian kelebihan berat badan mengakibatkan 2 kali kenaikan risiko mendapat hipertensi dibandingkan badan orang yang normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% yang memiliki badan berat badan lebih (overweight). Menurut (JNC-7) pengurangan berat badan sebanyak 10 kg dapat mengurangi tekanan darah sebesar 5-20 mmHg. Oleh sebab itu berat badan mesti dikendalikan.
2)      Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, nikotin pada rokok sangat membahayakan kesehatan karena nikotin dapat meningkatkan tekanan darah dan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mm/Hg. (Selvi, 2009). Oleh sebab itu perlunya mengurangi menghisap rokok secara bertahap pada perokok berat hingga dapat berhenti secara total. 
3)      Melakukan olahraga secara teratur
Aktifitas fisik secara umum berkaitan dengan kebiasaan olahraga merupakan salah satu bentuk penggunaan energi dalam badan disamping metabolisme basal dan spesific dynamic action dari jenis makanan. Aktifitas fisik dapat suatu kegiatan olahraga guna mencegah terjadinya penimbunan lemak dalam tubuh. (Sari, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan kemenkes bahwa melakukan aktifitas fisik secara teratur (aktivitas fisik erobik selama 30-45 menit/hari) diketahui sangat efektif dalam menurunkan hipertensi hingga mencapai 19% sampai 30%. Selain itu, melakukan olahraga dapat mengurangi tekanan darah sebesar 4-9 mm Hg.
4)      Mengurangi asupan natrium
Konsumsi garam sebaiknya dikurangi pada penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai kurang dari 6 gram (1 sendok teh) per hari memasak dapat mengurangi tekanan darah 2-8 mmHg. (Gunawan, 2012).
5)      Melakukan diet dan mengurangi asumsi lemak
Kadar kolesterol yang tinggi dalam serum dapat meningkatkan risiko komplikasi aterosklerotik hipertensi, meskipun agak kurang namun hal ini tidak berlaku pada usia diatas 70 tahun. (Gunawan, 2012). Diet dengan mengkonsumsi makanan buah, sayur dan rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan mengurangi tekanan darah sebesar 8-14 mmHg. (Tjokroprawiro, A et al., 2005).
b.      Terapi farmakologi
     Pengobatan hipertensi dilakukan dengan tujuan untuk mencapai tekanan darah target. Sekali obat antihipertensi digunakan, selanjutnya sangat diperlukan pemeriksaan rutin untuk menilai perkembangan yang dilakukan (JNC VII, 2003). Depkes RI 2004, menyebutkanpenatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita.
Jenis-jenis obat antihipertensi menurut JNC-VII adalah :
1)      Diuretik terutama jenis Triazide (Triaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant).
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh lewat kencing sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.
2)      Penghambat Simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini adalah metildopa, klonidin dan reserpin.
3)      Penghambat Reseptor Beta atau Beta Blockers (BBs)
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obat golongan ini adalah: metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.
4)      Penghambat enzim konversi angiostensin atau angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI)
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat antangiosin II. Contoh obat ini adalah katopril.
5)      Antagonis kalsium atau Ca Channel blockers (CCB)
Golongan obat ini adalah bekerja menurunkan pompa jantung dengan menghambat kontraksi otot jantung. Adapaun yang termasuk kedalam golongan obat ini adalah nefedipin, diltizem, dan verapamil.
6)      Penghambat reseptor angiostesin II atau angiotensin reseptor blockers (ARB).
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah varsartan.
Pengobatan hipertensi dimulai secara bertahap dan target tekanan darah dicapai progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa panjang atau memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dalam dosis rendah dan belum mencapai target maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut atau berpindah ke obat antihipertensi lain dengan dosis yang rendah.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum bertambah. Adapun jenis obat yang digunakan pada terapi obat kombinasi antara lain :
·         Diuretika dan ACEI atau ARB
·         CCB dan BB
·         CCB dan diuretika
·         AB dan BB
·         Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat (Sudoyo, 2009).

Tabel 4. Tatalaksana Hipertensi menurut JNC-7
Klasifikasi Tekanan Darah
TDS (mmHg)
TDD
(mmHg)
Perbaikan Gaya Hidup
Terapi Obat Awal
Tanpa indikasi yang memaksa
Dengan indikasi yang memaksa
Normal
<120
dan <80
Dianjurkan


Prehipertensi
120-139
Atau 80-89
Ya
Tidak


ada obat hipertensi yang dianjurkan
Obat-obatan untuk indikasi yang memaksa
Hipertensi derajat 1
140-159
Atau 90-99
Ya
Diuretika jenis triazide untuk sebahagian besar kasus dapat mempertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB atau kombinasi
Obat –obat untuk indikasi yang memaksa obat antihipertensi lain (diuretika, ACEI, ARB, BB, CCB) sesuai dengan kebutuhan
Hipertensi derajat 2
> 160
Atau >100
Ya
Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus umumnya diuretika jenis Triazide dan ACEI atau ARB atau BB atau CCB

Sumber : JNC-VII, 2003

            Penderitahipertensi paling sedikit harus dievaluasi setiap bulan untuk peyesuaian obat agar tekanan darah segera tercapai. Jika sudah tercapai evaluasi dapat dilakukan tiap 3 bulan. Penderita dengan derajat 2 atau faktor dikomorbid misalnya diabetes dan payah jantung memerlukan evaluasi lebih sering. Faktor risiko kardiovaskuler yang lain serta adanya kondisi komorbid harus secara bersama diobati sampai seoptimal mungkin. (Tjokroprawiro, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Baru

Haii.... Silahkan beralih ke Blog saya yang kedua di http://nurvitawikansari.com Selamat membaca.. Terima Kasih :)