Keracunan makanan merupakan istilah yang digunakan untuk
penderita yang sakit akibat telah mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar oleh logam berat, toksin yang diproduksi oleh kuman, makanan yang
secara alamiah telah mengandung racun atau reaksi sensitif individu terhadap
makanan (Benenson, 1985 ; Siregar, 1991). Gejala-gejala yang nampak nyata pada
kasus-kasus yang termasuk dalam golongan keracunan makanan pada umumnya:
pusing, mual, muntah dan kejang perut/usus. Masa inkubasinya tergantung pada jenis
kuman, kerentanan penderita dan jumlah toksin/kuman yang tertelan. Beberapa
keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri akan diuraikan berikut ini :
a)
Keracunan Makanan karena Salmonellosis (ICD-9 003)
Keracunan makanan yang disebabkan oleh kuman
salmonella biasanya berjenis enteritis yang merupakan organisme yang hidup di
dalam usus dan tidak menghasilkan toksin. Manusia yang terinfeksi salmonella
akan mengalami gejala mual, muntah, diare, demam, lemah, sakit perut. Masa
inkubasinya adalah antara 8 – 48 jam. Pada kasus ini tidak diperlukan pengobatan dengan
anti mikroba, kecuali jika ada penyebaran sistemik. Pemeriksaan laboratorium
biasanya ditemukan pada biakan tinja penderita positif. Infeksi salmonella
dapat menyebabkan karier (pembawa kuman), yang berkepanjangan pada seseorang.
Penularan salmonella terjadi melalui makanan laut, daging, unggas, susu dan
telur yang terkontaminasi.
b)
Keracunan Makanan karena E. coli (ICD-9 008)
Keracunan makanan yang disebabkan terkontaminasi E. coli akan menimbulkan gejala seperti
mual, muntah, diare, kejang perut, keringat dingin, sakit kepala. E coli merupakan organisme yang tumbuh
didalam usus yang menghasilkan toksin menyerang epitel superfisial, sehingga
menimbulkan hipersekresi usus halus. Pada penderita biasanya sembuh sendiri
dalam waktu 1 – 3 hari, tanpa pemakaian anti mikroba. Masa inkubasi adalah
antara 24 – 72 jam. Penularan terjadi melalui makanan, minuman dan daging sapi
terutama bagian dalam yang terkontaminasi E.
coli. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara pengelolaan bahan makanan dan
minuman dengan baik, yaitu dengan memasak atau memanasi bahan makanan sampai
dengan suhu ≥ 68°C.
c) Keracunan Makanan karena B. cereus
(ICD 005.8)
Keracunan ini disebabkan oleh enterotoksin B. cereus maupun yang dalam bentuk
aerobik dapat menjadi penyebab keracunan makanan. Gejala-gejala yang timbul pada keracunan ini adalah mual,
muntah, kadang-kadang kolik usus/perut dan diare. Jarang terjadi kematian. B.cereus ini tersebar di tanah, biasanya
didapatkan pada bahan makanan mentah dan kering. Kejadian keracunan biasanya
terjadi karena makan nasi, sayur-sayuran dan daging yang setelah dimasak tidak
ditangani dengan sempurna. Masa
inkubasi adalah antara 1-6 jam (bila gejala muntah menonjol) dan antara 6-16 jam (bila gejala diare
menonjol). Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menyimpan makanan yang telah
dimasak pada suhu dimana spora tidak dapat bertunas dan berkembang biak pada
makanan sisa yang disimpan dalam lemari es.
d) Keracunan makanan karena C. perfringen (ICD 005.2)
Keracunan makanan ini disebabkan oleh toksin
berbagaimacam sero tipe basil anaerob Clostridium
perfringen tipe A yaitu nyeri perut, diare, dengan prognosis baik. Tipe C
yaitu radang usus yang disertai kematian jaringan dengan prognosis jelek.
Laboratorium dengan biakan anaerob semi kwatitatif feses dan makanan yang
dicurigai (kontaminasi bakteri yang berat diperlukan untuk penyakit klinik).
Masa inkubasi adalah sekitar 6-24 jam,
biasanya 10-12 jam. Cara penularan melalui
lembu, babi, burung unta, ayam atau tanah yang mengandung spora, yang
tumbuh selama dimasak pada suhu sedang dan pada pemanasan kembali, tidak
terjadi penularan dari orang ke orang secara langsung.
e) Keracunan makanan karena Botulisme (ICD 005.1)
Timbul secara akut, pandangan kabur, rnulut kering,
nyeri tenggorok, muntah, diare, paralisis syaraf kranial, paralisis yang
menjalar ke bawah, dan kegagalan pernapasan. Sepertlga pasien kemungkinan
meninggal dalam 3-7 harl sebagai akibat kegagalan pernapasan, disebabkan oleh
racun yang dikeluarkan oleh berbagai jenis bakteri C. botulinum. Dengan pemeriksaan laboratorium ditemukan racun yang
khas pada serum atau feses, identifikasi organisme dalam makanan yang
dicurigai. Masa inkubasi berkisar antara 12-36 jam atau beberapa hari. Cara
penularan melalui buah-buahan atau sayuran kaleng yang terkontaminasi oleh
spora yang terkandung dalam tanah, ikan dan daging asap atau yang diawetkan.
Toksin akan hancur dengan pendidihan, tetapi spora masih tetap tahan. Tidak
terjadi penularan secara langsung dari orang ke orang. Lemari es tidak mencegah
produksi toksin. Pengendalian dengan cara antitoksin monovalen atau polivalen
jika basil telah diketahui jenisnya, deteksi kasus dan identifikasi sumber
penularan seharusnya meningkatkan penyelidikan kemungkinan adanya kasus yang
lain.
f) Keracunan makanan oleh karena Staphylococcus (ICD 005.0)
Timbul cepat, mual yang hebat dan muntah, kram, diare
berair, lemah, tekanan darah rendah, tidak disertai demam atau demam ringan.
Penyakit berlangsung sangat singkat, jarang menyebabkan kematian. Disebabkan
oleh enterotoksin yang dikeluarkan oleh S.
aureus jenis tertentu. Pemeriksaan laboratorium dengan cara isolasi Staphylococcus yang menghasilkan toksin
dalam muntahan, feses atau makanan yang dicurigai meskipun tidak ditemukan,
penyebab ini tidak bisa disingkirkan, jika epidemi yang terjadi memiliki
ciri-ciri yang khas. Masa inkubasi adalah antara 1-6 jam, biasanya 2-4 jam. Penularan
terjadi melalui berbagai jenis makanan yang diproses dan terkontaminasi oleh
pembawa Staphylococcus seperti (jari
dan mata yang terinfeksi, sekresi hidung, kulit yang terinfeksi meskipun nampak
normal), daging babi, daging yang diawetkan, susu sapi yang terinfeksi. Tidak
dijumpai penularan dari orang ke orang. Kejadian keracunan oleh Staphylococcus relatif sering.
Pengendalian dengan pengobatan simtomatik, penyelidikan terhadap sumber
infeksi. Tindakan pencegahan yaitu dengan proses pendinginan makanan yang cepat
dan tepat, penghentian sementara pengelolaan makanan yang terinfeksi.
g) Keracunan makanan yang disebabkan oleh kuman yang lain (ICD005.9)
Dalam jenis keracunan ini termasuk
kontaminasi kimiawi dan subtansi organik yang terdapat pada makanan tertentu,
seperti jamur, ikan, kerang, berbagai macam buah-buahan dan sayuran. Keracunan
jamur kemungkinan disebabkan oleh muskarin (timbul dalam beberapa menit sampai
2 jam, keluar air liur, berkeringat, muntah, keram, diare, bingung dan koma),
atau oleh faloudin (timbul dalam 6-24 jam, dengan gejala perut yang sama
ditambah adanya oliguria, penyakit uning dan kerusakan hati), keduanya memiliki
prognosis yang jelek. Di antara berbagai macam keracunan ikan adalah icthyosarcotoxism yang disebabkan oleh ciguatera akibat makanan ikan yang
mengandung toksin yang dihasilkan oleh dinoflagelata
batu kerang di laut tropik. Setelah 0,5-4 jam, dapat menyebabkan sumber epidemi
yang ditandai oleh adanya kesemutan di sekitar mulut, muntah, diare, nyeri
menyeluruh, demam, kelemahan dan kelumpuhan. Keracunan kerang oleh sejenis
kerang yang telah memakan dinoflagelata
yang beracun akan memberikan gejala yang sama, kurang lebih 5-30 menit setelah
makan. Jenis kerang (lobster)
tertentu dapat menyebabkan gejala perut, pendarahan dan gangguan dalam hati
yang muncul 24-48 jam setelah makan dan memiliki prognosis yang jelek.
Keracunan buah-buahan dan sayuran, penggunaan barang pecah belah yang dilapisi
timah dan lainnya, (Halsted, B.W &
Schantz, 1984).
h) Keracunan Makanan oleh kuman Streptoccocus
Golongan streptococcus
biasanya terdapat pada saluran pencernaan manusia dan binatang. Daging dan
unggas dapat tercemas streptococcus
sewaktu proses penyembelihan atau pengepakan. Kontaminasi dapat juga terjadi di
dapur, misalnya berasal dari penjamah makanan yang tidak mencuci tangan sehabis
dari toilet. Gejala penderita streptoccocus
ialah mual, kadang-kadang muntah
disertai sakit perut. Masa inkubasi berkisar antara 2-12 jam. Cara pencegahan
terhadap keracunan streptococcus
adalah dengan menerapkan personal hygiene
bagi penjamah makanan, penyimpanan makanan yang saniter, dan menghindari
penyimpanan makanan pada temperatur danger
zone.