Haii....
Silahkan beralih ke Blog saya yang kedua di http://nurvitawikansari.com
Selamat membaca..
Terima Kasih :)
Kamis, 30 Maret 2017
Kamis, 23 Maret 2017
Infeksi Nosokomial
Nosokomial
berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo
yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat / rumah sakit.
Jadi infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh atau
terjadi di rumah sakit.1
Infeksi
nosokomial saat ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit, sehingga
dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di Negara berkembang maupun di
negara maju.1
Infeksi
nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmelweis dan hingga saat
ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian. Sejak tahun 1950
infeksi nosokomial mulai diteliti dengan sungguh-sungguh di berbagai negara, terutama
di Amerika Serikat dan Eropa. Insiden infeksi nosokomial berlainan antara satu
rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Angka infeksi nosokomial yang tercatat
di beberapa Negara berkisar antara 3,3%-9,2%, artinya sekian persen penderita
yang dirawat tertular infeksi nosokomial dan dapat terjadi secara akut atau
secara kronis.1
Infeksi
nosokomial adalah infeksi yang didapat penderita ketika sedang dirawat di rumah
sakit dengan ketentuan sebagai berikut : 2
a. Pada
saat pasien masuk rumah sakit/dirawat tidak didapatkan tanda-tanda klinis dan
tidak sedang dalam masa inkubasi penyakit tersebut.
b. Infeksi
timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak dirawat di rumah sakit
c. Infeksi
terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama daripada waktu inkubasi
penyakit tersebut.
Selain
itu, suatu infeksi dikatakan didapat dari rumah sakit apabila memiliki ciri-ciri
: 2
a. Pada
waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang dalam masa inkubasi
dari infeksi tersebut.
b. Infeksi
tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
c. Bila
saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda infeksi, dan terbukti
infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada
waktu yang lalu, serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
Berdasarkan
ciri-ciri infeksi nosokomial tersebut di atas, maka: 1
a. Penderita
yang sedang dalam proses asuhan keperawatan di rumah sakit dan kemudian
menderita keracunan makanan dengan penyebab bukan produk bakteri, tidak
termasuk infeksi nosokomial.
b. Untuk
penderita yang telah keluar dari rumah sakit dan kemudian timbul tanda-tanda
infeksi, dapat digolongkan sebagai infeksi nosokomial apabila infeksi tersebut
dapat dibuktikan berasal dari rumah sakit.
c. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga/pengunjung, tidak termasuk infeksi nosokomial
c. Infeksi yang terjadi pada petugas pelayanan medis serta keluarga/pengunjung, tidak termasuk infeksi nosokomial
Beberapa prinsip dasar yang penting
dalam definisi infeksi nosokomial adalah : 3,4
a. Informasi
yang digunakan untuk menentukan adanya infeksi dan klasifikasinya sebaiknya
merupakan kombinasi hasil pemeriksaan klinis dan hasil tes laboratorium atau
tes-tes lainnya.
b. Bukti
klinis adanya infeksi didapat dari observasi langsung pada lokasi infeksi pada
penderita atau dari sumber-sumber data yang lain, seperti status penderita.
c. Bukti
laboratorium berupa hasil biakan, tes deteksi antigen atau antibody, atau
visualisasi mikroskopik.
d. Data
pendukung diambil dari pemeriksaan diagnostik yang lain, seperti sinar-x,
ultrasound, CT scan, prosedur endoskopik, biopsy atau aspirasi jarum.
e. Infeksi
pada neonates dan anak kecil,dimana manifestasi kliniknya berbeda dengan
dewasa, diberlakukan kriteria khusus.
f. Diagnosis
infeksi oleh dokter atau ahli bedah, yang didapat dari observasi langsung waktu
pembedahan, pemeriksaan endoskopik dan prosedur diagnosis lainnya, atau juga
dari pemeriksaan klinis merupakan kriteria yang dapat diterima, terkecuali
terdapat bukti yang tidak mendukung. Untuk lokasi-lokasi tertentu diagnosis
klinis dari dokter tanpa data-data pendukung harus disertai dengan pemberian
antimikroba untuk memenuhi kriteria tersebut.
Terdapat
dua keadaan khusus dimana infeksi dianggap nosokomial,
bila:3,4
a. Infeksi
yang didapat di rumah sakit tetapi baru tampak setelah keluar rumah sakit.
b. Infeksi
pada neonatus sebagai akibat keluarnya melewati jalan lahir.
Ada juga keadaan khusus dimana infeksi
dianggap bukan nosokomial, bila: 3,4
a. Infeksi
yang ada hubungannya dengan penyulit atau kelanjutan dari infeksi yang sudah
ada pada waktu masuk rumah sakit, terkecuali kuman atau gejala-gejala jelas
merupakan suatu infeksi baru.
b. Pada
anak, infeksi yang diketahui atau dibuktikan menular lewat plasenta (misal
toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, atau syphilis) dan timbul sebelum 48
jam setelah kelahiran.
Terdapat juga dua keadaan yang
dianggap bukan infeksi bila :
a. Kolonisasi,
yaitu adanya kuman (pada kulit, mukosa, luka terbuka, atau dalam ekskresi atau
sekresi).
b. Inflamasi
(peradangan), yaitu keadaan sebagai akibat reaksi jaringan terhadap cedera (injury) atau stimulasi oleh zat-zat non
infeksius seperti bahan kimia.
Daftar Pustaka:
Daftar Pustaka:
1. Darmandi.
Infeksi Nosokomial Problematika dan
Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
Jakarta: Direktorat Jenderal PPM dan PL, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
2002.
3. World Health Organization. Prevention of hospital-acquired infection :
a practical guide. 2nd ed.
(http://www.who.int/csr/resources/publications/drugresist/whocdscsreph200212.pdf.2002, diakses 5 Januari 2012)
4. Panitia
Pengendalian Infeksi Nosokomial RS Dr Karyadi / FK UNDIP. Pedoman pengendalian infeksi nosokomial. Ed III. Semarang : Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2004.
Kentang Balado
Kali ini saya mau mencoba nulis hasil eksperimen saya bersama suami, yaitu kentang balado. Awalnya hanya kentang saja, tapi berhubung masih ada ati ampela di kulkas, jadi saya kasih campuran ati ampela untuk kentang balado.
Bahan dan bumbu:
4 potong kentang ukuran sedang
2 potong ati ampela
3 bawang putih
5 bawang merah
4 cabe merah
1 buah tomat
1 lembar daun salam
1 ruas jari lengkuas
merica secukupnya
garam secukupnya
gula secukupnya
kecap secukupnya
Cara memasak:
1. Kupas, cuci, dan iris dadu kentang
2. Goreng kentang setengah matang
3. Goreng ati ampela setengah matang dan iris dadu
4. Haluskan bawang merah, bawang putih, cabe merah, merica, garam, dan gula
5. Tumis bumbu yang telah dihaluskan hingga harum
6. Tuangkan air secukupnya
7. Masukkan kentang dan ati ampela yang telah digoreng setengah matang
8. Masukkan tomat, daun salam, dan lengkuas
9. Tambahkan sedikit kecap
10. Tunggu hingga matang
11. Siap disajikan
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Baru
Haii.... Silahkan beralih ke Blog saya yang kedua di http://nurvitawikansari.com Selamat membaca.. Terima Kasih :)
-
SKDR adalah surveilans yang bertujuan mendeteksi dini KLB bagi penyakit menular, stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menu...
-
IJIN PENELITIAN DI PROPINSI JAWA TENGAH (Bisa Online) di Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah http://bpmd.jatengprov.go.id/...
-
Haii.... Silahkan beralih ke Blog saya yang kedua di http://nurvitawikansari.com Selamat membaca.. Terima Kasih :)